Ibuhamil bisa mengenali kondisi ini melalui gerakan janin yang dirasa berkurang. Selain dengan mengamati pergerakan janin, kondisi ini juga bisa dideteksi melalui beberapa pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan detak jantung janin, USG hingga pemeriksaan air ketuban.
Halodoc, Jakarta – Eklampsia pada ibu hamil merupakan kondisi gawat darurat dan harus segera ditangani. Jika tidak, gangguan yang merupakan lanjutan dari preeklamsia ini bisa memicu dampak berbahaya bagi ibu maupun janin yang tengah dikandung. Gejala utama eklampsia adalah kejang-kejang yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan darah alias hipertensi. Kondisi ini sebenarnya jarang terjadi, namun ibu hamil tetap memiliki risiko mengalaminya terutama jika memiliki riwayat hipertensi atau preeklampsia selama masa kehamilan. Waspadai jika ibu hamil mengalami kejang-kejang hingga penurunan kesadaran atau tatapan mata yang kosong. Jika tidak segera ditangani, eklampsia pada ibu hamil bisa menyebabkan komplikasi yang bersifat bahaya, bahkan berujung pada kematian. Lantas, bagaimanakah cara mendiagnosis kondisi eklampsia pada ibu hamil? Baca juga Mitos atau Fakta, Preeklamsia dalam Kehamilan bisa Terulang Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Eklampsia pada Ibu Hamil Eklampsia maupun preeklamsia adalah kondisi yang sebaiknya dihindari wanita hamil. Cara terbaik untuk menghindari kedua kondisi ini adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan kandungan, sehingga risiko preeklamsia bisa terdeteksi pada masa-masa awal kehamilan. Dengan begitu, kemungkinan preeklampsia berkembang menjadi kejang atau eklampsia pun bisa diminimalisir. Sebelumnya perlu diketahui, preeklampsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi alias hipertensi dan tanda-tanda kerusakan organ lain. Kondisi ini sering menyebabkan gangguan pada organ seperti kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine. Kondisi ini rentan menyerang pada trimester ketiga atau masa-masa akhir kehamilan, dan bisa memicu kejang alias eklampsia saat semakin mendekati proses persalinan. Eklampsia yang tidak ditangani segera bisa memicu terjadinya komplikasi, baik bagi ibu hamil maupun janin yang dikandung. Kondisi ini bisa menyebabkan ibu hamil dan bayi mengalami kerusakan saraf otak permanen, kerusakan organ ginjal dan hati, hingga yang paling parah bisa menyebabkan kematian akibat kejang yang terjadi. Saat ibu hamil mengalami kejang, dokter akan melakukan beberapa jenis pemeriksaan untuk memastikan kondisi tersebut merupakan gejala eklampsia atau bukan. Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah Tes Darah Preeklampsia dan eklampsia sangat berkaitan dengan tekanan darah. Maka dari itu, pemeriksaan darah menjadi salah satu tes yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini. Pemeriksaan ini mencakup perhitungan sel darah lengkap yang bisa membantu menunjukkan wanita hamil mengalami preeklamsia atau gangguan lain. Penghitungan sel darah lengkap juga dapat digunakan untuk melihat kadar bilirubin dan serum haptoglobin dalam darah. Selain itu, akan diamati juga jumlah sel darah merah per volume darah. Sel darah merah bertugas mengangkut oksigen agar asupan oksigen bagi ibu hamil dan janin yang dikandung tetap terjaga serta terpenuhi. Baca juga Ibu Hamil Alami Kejang, Apa Sebabnya? Tes Kreatinin Kerusakan ginjal bisa menjadi salah satu tanda wanita hamil mengalami eklampsia. Untuk memastikan kerusakan terjadi karena gangguan ini, perlu dilakukan tes fungsi ginjal, salah satunya tes serum kreatinin. Zat ini merupakan hasil buangan dari otot yang dialirkan melalui darah serta dikeluarkan melalui ginjal. Namun, saat ginjal mengalami kerusakan karena eklampsia, proses ini jadi terganggu kemudian menyebabkan kadar kreatinin bertambah dan tak dapat disaring. Tes Urine Kemungkinan preeklampsia dan eklampsia juga bisa dilihat melalui tes urine. Pada pemeriksaan ini, akan dilihat ada atau tidak keberadaan protein dalam urine yang merupakan salah satu tanda penting terjadinya preeklamsia dan eklamsia pada ibu hamil. Baca juga 5 Cara Cegah Preeklampsia Usai Persalinan Masih penasaran tentang eklampsia dan cara mendiagnosisnya? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja. Dokter bisa dengan mudah dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download sekarang di App Store dan Google Play! Referensi Medicinet. Diakses pada 2019. Preeclampsia and eclampsia facts. Healthline. Diakses pada 2019. Eclampsia.
Pemeriksaanini mengukur persentase sel darah merah dalam sampel darah. Jika ibu hamil memiliki kadar hemoglobin atau hematokrit lebih rendah dari tingkat normal, ia mungkin mengalami anemia kekurangan zat besi.
Jakarta - Sifilis selama kehamilan memang merupakan kondisi yang serius lho Bunda. Ini merupakan infeksi menular dari kontak seksual dan dapat membuat bayi terkena infeksi yang dikenal dengan sifilis kongenital. Yuk ketahui sifilis kongenitasl pada ibu hamil, baik itu penyebab, cara mengatasinya hingga bahayanya bagi janin. Melansir laman AmericanPregnancy, sifilis merupakan infeksi menular yang disebabkan bakteri Treponema pallidum, terutama ditularkan dari kontak seksual. ADVERTISEMENT SCROLL TO RESUME CONTENT Sifilis juga meningkatkan kemungkinan kehamilan lahir mati. Jika janin bertahan hingga lahir, risikonya meliputi kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, infeksi sifilis kongenital, atau kematian neonatal. Untuk sifilis kongenital, ini lebih mungkin memengaruhi bayi jika ibu hamil terkena sifilis selama kehamilan. Tapi Bunda juga bisa menularkannya ke janin jika terkena infeksi sebelum hamil. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi seumur hidup bagi bayi. Sifilis kongenital juga dapat memengaruhi anak secara berbeda berdasarkan berapa lama ibu hamil menderita sifilis dan kapan menerima pengobatan untuk itu. Jika ibu hamil menderita sifilis atau menduga mungkin menderita sifilis, ada tindakan pencegahan tertentu yang dapat dilakukan selama kehamilan untuk membatasi kemungkinan menularkannya ke janin yang sedang berkembang. Penyebab penularan sifilis kongenital pada ibu hamil Jika seorang ibu hamil yang terinfeksi didiagnosis dan diobati dengan benar sebelum bulan keempat kehamilan, janin tidak akan tertular infeksi. Pengobatan setelah keempat yang biasanya akan menyembuhkan ibu dan janin. Namun, kemungkinan janin tertular infeksi juga tergantung pada stadium sifilis pada ibu hamil. Semakin baru ibu hamil tertular sifilis, semakin tinggi risiko menularkan infeksi itu ke janin. Jika ibu hamil menderita sifilis dini yang tidak diobati, infeksi hampir selalu menular ke janin. Dan penularan dari ibu ke anak jauh lebih jarang terjadi jika ibu hamil berada pada tahap laten atau akhir tersier penyakit. Pencegahan sifilis kongenital pada ibu hamil Alagia mengatakan sebenarnya penyakit ini dapat dicegah. Alhasil bayi yang akan tertular penyakit yang berpotensi mematikan ini bisa sangat sedikit. Ini jika semua wanita menerima perawatan prenatal yang tepat. Damian P. Alagia III, MD, direktur medis senior kesehatan wanita untuk Quest Diagnostics yang berbasis di wilayah Washington, DC menekankan kuncinya adalah setiap ibu hamil menjalani tes sifilis dan penyakit menular seksual lainnya dan menerima pengobatan jika diperlukan. "Jika Anda dites negatif pada awal kehamilan untuk sifilis atau PMS lainnya dan kemudian mulai terlibat dalam perilaku berisiko tinggi atau memiliki pasangan baru, Anda harus diuji ulang pada trimester ketiga untuk melindungi diri Anda dan bayinya," kata Alagia. Karena itu, tes sifilis ini sangat penting karena ibu hamil bisa saja membawa 'penyakit' ini tanpa mengetahuinya. Luka awal tidak sakit, namun bisa sulit dilihat atau benar-benar tersembunyi di dalam tubuh. Selain itu mudah disalahartikan sebagai hal lain, seperti rambut yang tumbuh ke dalam, jerawat, atau benjolan yang tidak berbahaya. Gejala sifilis kongenital pada ibu hamil Tanda-tanda awal sifilis kongenital ini cenderung terjadi pada usia 3 sampai 14 minggu kehamilan. Tapi gejala ini juga bisa muncul paling lambat 5 tahun. Ini termasuk Peradangan atau pengerasan tali pusat bayi Demam Masalah kulit Ruam Berat lahir rendah Kadar kolesterol tinggi saat lahir Meningitis Anemia Jumlah monosit sejenis sel darah putih yang lebih tinggi dalam darah bayi Hati atau limpa yang lebih besar Penyakit kuning Kejang Pengelupasan kulit yang memengaruhi telapak tangan dan kaki bayi Masalah mental Periostitis radang di sekitar tulang yang menyebabkan tungkai dan persendian lunak Pilek Rambut rontok Peradangan di mata bayi Radang paru-paru Cara mengatasi sifilis kongenital pada ibu hamil Sifilis hanya menyerang bayi dari ibu hamil yang tidak didiagnosis dan diobati secara tepat dengan antibiotik. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit CDC, penisilin sangat efektif untuk melindungi ibu dan anak, tetapi tidak mendapatkan diagnosis atau tidak mengonsumsi penisilin secara signifikan meningkatkan risiko kesehatan bagi keduanya. Rejimen penisilin ini juga yang sesuai untuk stadium sifilis dan dimulai 30 hari atau lebih sebelum melahirkan. Ibu hamil yang terdiagnosis sifilis harus segera diobati. Pasangan seksnya juga harus menerima perawatan untuk mencegah ibu terinfeksi ulang dan untuk meningkatkan kesehatan pasangannya. Bayi yang terpapar sifilis selama kehamilan harus dievaluasi secara menyeluruh saat lahir untuk menilai bukti sifilis kongenital dan kebutuhan pengobatan. Bayi-bayi ini juga harus dipantau dengan ketat setelah dilahirkan, terlepas dari evaluasi atau pengobatan awal, karena bayi dengan sifilis kongenital mungkin tidak memiliki gejala awal apa pun saat lahir tetapi kemudian mengembangkan gejala jika tidak ditangani dengan tepat. Bahaya sifilis kongenital pada janin Bayi dengan sifilis kongenital yang tidak ditangani dengan tepat dalam 3 bulan pertama kehidupan lebih mungkin mengalami komplikasi seumur hidup seperti ketulian, kebutaan, dan cacat intelektual. Jennifer Payne, MD seorang dokter bidang Kedokteran keluarga, kedokteran olahraga dan olahraga, dan kesehatan wanita, mengatakan, ibu hamil yang menderita sifilis memang dapat menularkan penyakit tersebut kepada janinnya. "Bakteri penyebab penyakit dapat berpindah dari Anda ke bayi Anda melalui plasenta. Anak Anda kemudian dikatakan menderita sifilis kongenital," kata Payne dilansir Everydayhealth. Alagia juga mengatakan bahwa sekitar 40 persen hingga 50 persen bayi yang terinfeksi sifilis akan lahir mati. Bayi baru lahir yang terinfeksi juga berisiko tinggi meninggal. "Janin yang terinfeksi sifilis sering meninggal dalam kandungan," kara Alagia. Seorang bayi dengan sifilis yang bertahan hidup tetapi tidak diobati atau tidak diobati secara memadai dapat berakhir dengan seumur hidupnya berhadapan dengan masalah besar. "Penyakit ini dapat menyerang secara agresif hampir setiap bagian tubuh pada janin dan bayi seperti yang terjadi pada orang dewasa," jelasnya. Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis! Simak juga yuk video tentang kehamilan di bawah ini pri/pri
Pemeriksaanuntuk Mendiagnosis Eklampsia pada Ibu Hamil. Eklampsia maupun preeklamsia adalah kondisi yang sebaiknya dihindari wanita hamil. Cara terbaik untuk menghindari kedua kondisi ini adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan kandungan, sehingga risiko preeklamsia bisa terdeteksi pada masa-masa awal kehamilan.
Seberapa penting pemeriksaan ibu hamil? Baik pemeriksaan darah, USG atau pemeriksaan cek kehamilan yang dilakukan setiap bulan? Semua calon ibu, tentu menginginkan hal yang sama saat dirinya dinyatakan positif hamil. Berharap kondisi janin sehat, bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya, tidak memiliki kelainan, dan tentunya ingin segera mendekapnya. Keinginan ini tentu saja bisa diwujudkan apabila Bunda memerhatikan kesehatan secara menyeluruh. Dimulai saat sedang program hamil, di mana setidaknya tiga bulan sebelum hamil, tubuh Bunda perlu disiapkan’ dengan baik. Pasalnya, tubuh Anda, khususnya rahim menjadi rumah’ pertama si kecil sebelum ia dilahirkan. Memastikan kondisi tubuh dengan sehat, nyatanya juga menjadi salah satu cara untuk memastikan pertumbuhan si kecil menjadi lebih maksimal dan mencegah terjadinya beragam risiko. Dalam hal ini, dr. Putri Deva Karimah, Sp. OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari Rumah Sakit Pondok juga mengingatkan pentingnya ibu hamil melakukan pemeriksaan, termasuk pemeriksaan darah. Artikel terkait 10 Fakta Kehamilan yang Tak Dikatakan Dokter Kandungan Anda “Pemeriksaan kesehatan, seperti pemeriksaan darah pada ibu hamil sangatlah penting dan wajib untuk dilakukan, terutama pada awal kehamilan. Fungsinya tentu saja untuk mengetahui dan mengontrol kondisi ibu dan janin hingga persalinan tiba,” tuturnya. Ia melanjutkan, pemeriksaan ibu hamil di dalamnya pemeriksaan tes darah, bertujuan untuk mengetahui kondisi ibu secara umum dan menyeluruh. “Dari sini, tanda-tanda kekurangan gizi pada ibu hamil, potensi penyakit, atau infeksi dapat dideteksi dan dikenali sejak dini, sehingga pencegahan dan penanganan kondisi yang dapat membahayakan ibu selama kehamilan hingga proses persalinan serta komplikasi yang dapat berefek pada janin dapat segera diantisipasi.” tegasnya kepada theAsianparent Indonesia. Artikel terkait Pemeriksaan CTG selama hamil, kapan perlu dilakukan? Ini penjelasannya Mengingat pentingnya pemeriksaan ibu hamil sangat penting, dokter yang kerap disapa dengan panggilan dokter Putri ini menganjurkan agar para Bunda tidak menyepelekan dan lupa melakukannya. “Banyak sekali keuntungan dari pemeriksaan kehamilan, bagi ibu hamil yang lengah dan tidak pernah melakukan pemeriksaan, hati-hati dengan komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan dan proses persalinan yang dapat membahayakan ibu dan janin. Contohnya adalah anemia atau kekurangan darah pada ibu yang dapat berisiko perdarahan saat proses persalinan apabila tidak segera diantisipasi sejak awal kehamilan. Selain itu risiko infeksi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan ibu kontraksi sehingga bayi lahir belum cukup bulan atau prematur. Hal-hal seperti ini sebenarnya dapat dihindari dan dideteksi sejak awal, jika ibu rutin melakukan pemeriksaan kehamilan dan cek darah sesuai yang dokter sarankan,” paparnya panjang lebar. Stillbirth, menjadi salah satu risiko jika pemeriksaan ibu hamil tidak dilakukan Salah satu risiko yang perlu diwaspadai jika pemeriksaan kesehatan selama hamil tidak dilakukan, adalah risiko terjadinya stillbirth. Stillbirth ini merupakan keadaan bayi meninggal dalam kandungan setelah kehamilan berusia di atas 20 minggu. Dalam beberapa kasus stillbirth ini, ada juga bayi yang meninggal ketika proses persalinan berlangsung. Namun, presentasenya cenderung kecil. Hellosehat menyebutkan, pada 2015 jumlah bayi meninggal karena stillbirth adalah 2,6 juta secara global. Kondisi ini lebih sering terjadi di negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Meskipun sampai saat ini penyebab pasti terjadinya stillbirth belum diketahui secara pasti, namun pakar kesehatan menyebutkan kalau infeksi pada ibu hamil bisa memperbesar risiko. Alodokter juga menyebutkan bahwa jenis infeksi yang paling sering menyebabkan bayi meninggal dalam kandungan adalah infeksi bakteri. Hal ini dapat terjadi ketika ibu hamil terinfeksi bakteri, dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Kuman tersebut bisa menyebar dari vagina ke rahim kemudian menginfeksi bayi. Hal ini dapat menyebabkan bayi meninggal dalam kandungan. Stunting bisa dicegah saat hamil Pemeriksaan ibu hamil secara rutin nyatanya juga bisa mencegah anak mengalami stunting. Seperti yang kita ketahui, masalah stunting menjadi salah satu perhatian yang terus digalakkan oleh pemerintah. Sebabnya, stunting tidak bisa disembuhkan dan akan memengaruhi masa depan anak, bahkan masa depan bangsa. Stunting bisa menurunkan kecerdasan anak, sehingga saat dewasa mereka berisiko untuk kesulitan berkompetisi. Jadi, bisa dibayangkan jika masalah masalah stunting ini tidak segera diatasi? Tentu saja akan berakibat buruk dan memengaruhi perekonomian di kemudian hari. Itulah informasi terkait pentingnya pemeriksaan pada ibu hamil. Semoga bermanfaat. Baca juga Mencegah Stillbirth, Kematian Bayi di Dalam Kandungan Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
22 Konsep Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil 2.2.1 Definisi Pemeriksaan laboratorium sadalah suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang umum dan dikerjakan pada pemeriksaan penunjang untuk mendukung suatu diagnosa. (Baety N.2012). Pemeriksaan laboratorium selama kehamilan merupakan salah satu komponen penting dalam
Komplikasi seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan sejenisnya dapat berbahaya sehingga harus lebih sering dipantau. Hal serupa juga berlaku untuk imunisasi. Imunisasi sebaiknya tetap dilakukan sesuai jadwal, terutama untuk vaksin kedua dan selanjutnya serta vaksin booster. Akan tetapi, pemberian vaksin yang pertama kali dapat disesuaikan dengan situasi Anda. Kapan waktu terbaik untuk memeriksakan kehamilan? Setiap kehamilan itu unik dan setiap ibu menghadapi kondisi yang berbeda. Jadi, tidak mudah menentukan waktu pemeriksaan terbaik bagi semua ibu. Cara menentukannya adalah dengan pertimbangan dokter yang sebelumnya memeriksa Anda. Jika pemeriksaan terakhir Anda adalah bulan ini misalnya, dokter sudah tahu apa yang diharapkan pada pemeriksaan selanjutnya bulan depan. Asalkan tidak ada komplikasi, pemantauan bisa saja ditunda hingga dua atau tiga bulan setelahnya. Waktu pemeriksaan yang tepat bergantung pada kondisi ibu dan bayi. Namun, sebagai patokan umum, pemeriksaan trimester pertama boleh diberi jarak. Begitu memasuki trimester akhir, pemeriksaan perlu lebih rutin karena ada persiapan menuju persalinan, termasuk screening COVID-19 bagi ibu hamil. Jika pemeriksaan ditunda, apa risikonya bagi ibu dan janin? Menunda pemeriksaan kehamilan selama pandemi COVID-19 memang ada risikonya. Meski demikian, risiko ibu tertular COVID-19 juga sama besarnya. Ibu hamil kemudian bisa saja menularkan virus ke tenaga medis ataupun keluarga di rumah. Risiko yang pertama adalah Anda tidak bisa memonitor perkembangan janin. Ini berarti janin bisa saja kekurangan gizi. Mungkin ada perubahan pada janin yang tidak diketahui karena Anda tidak dapat melakukan pemeriksaan USG. Selain itu, kondisi dalam tubuh Anda mungkin juga berubah, tetapi dokter tidak dapat mendeteksinya kecuali dengan tes darah. Ini sebabnya penundaan pemeriksaan hanya berlaku untuk kehamilan tanpa komplikasi. Kedua, ketika terjadi kondisi darurat, tindakan medis untuk ibu juga jadi berisiko. Hal ini disebabkan karena ibu tidak sempat menjalani screening atau pemeriksaan penunjang. Tindakan operasi atau persalinan darurat bisa berdampak besar bagi ibu dan janin. Mencegah tertular COVID-19 saat pemeriksaan kehamilan Pencegahan COVID-19 pada ibu hamil sebenarnya sama dengan pencegahan pada umumnya. Bila ibu memang harus melakukan pemeriksaan kehamilan selama pandemi COVID-19, berikut beberapa tips untuk mengurangi risiko penularan Jangan membawa barang yang tidak perlu. Bahkan, Anda sebaiknya tidak perlu membawa ponsel ke ruang pemeriksaan. Menggunakan kendaraan pribadi saat pergi ke rumah sakit. Selalu menggunakan masker. Anda boleh memakai masker kain, yang penting pakailah dengan benar dan jangan dipegang. Mencuci tangan sebelum masuk dan setelah keluar dari rumah sakit. Begitu sampai di rumah, segera mandi, keramas, dan mengganti baju. Screening juga sama pentingnya untuk mencegah penularan. Pasalnya, terkadang ibu hamil tertular dari pasien tanpa gejala dan tidak sadar dirinya juga telah terjangkit. Screening dapat mencegah penularan ke tenaga medis atau bayi yang baru lahir. Sejauh ini, belum ada bukti bahwa virus SARS-CoV-2 bisa berpindah langsung dari tubuh ibu ke tubuh janin. Meski demikian, ibu dapat menularkan COVID-19 kepada bayi melalui proses persalinan dan menyusui. Tenaga medis juga bisa tertular COVID-19 apabila tidak mengenakan alat pelindung diri APD selama membantu persalinan. Inilah mengapa ibu harus menjalani tes screening COVID-19 terlebih dulu pada trimester akhir kehamilan. Saat Ibu Diduga Terinfeksi Coronavirus Melahirkan, Apa Dampaknya? Apa yang harus dilakukan ibu hamil menjelang persalinan? Ada banyak persiapan yang harus dilakukan ibu hamil menjelang persalinan. Maka dari itu, pemeriksaan kehamilan pada trimester akhir tetap perlu rutin dilakukan walaupun di tengah pandemi COVID-19. Setiap kali Anda pergi memeriksakan kehamilan, selalu lakukan upaya pencegahan dan jaga kebersihan diri. Ibu hamil dan suami sebaiknya jangan bepergian bila tidak terlalu penting, kecuali untuk mendapatkan penanganan medis. Simpan kontak dokter yang memeriksa Anda serta alamat rumah sakit terdekat untuk persalinan. Konsultasikan dengan dokter setiap kali terdapat tanda-tanda persalinan. Waspadai pula gejala COVID-19 maupun perubahan lain pada tubuh Anda. Persiapkan rute alternatif jika jalan di sekitar rumah Anda ditutup selama pembatasan sosial berskala besar PSBB. Selain langkah-langkah tersebut, proses kehamilan dan persalinan sejatinya dapat berjalan dengan normal. Pandemi COVID-19 tentu berdampak besar bagi ibu hamil, terutama bila menyangkut soal pemeriksaan kehamilan. Saya sendiri berpatokan bila keadaannya memungkinan, maka ibu sebaiknya kontrol. Jika tidak, ibu tetap bisa memantau kondisinya di rumah. Kuncinya yakni melihat kesehatan ibu dan janin serta rutin berkonsultasi dengan dokter sekalipun hanya melalui chat. Dengan cara ini, Anda bisa tetap menjaga perkembangan janin sekaligus mengurangi risiko penularan COVID-19.
PentingnyaPemeriksaan Kehamilan Tiap Semester Pemeriksaan Kehamilan Trimester Pertama Pemeriksaan Kehamilan Trimester Kedua Pemeriksaan Kehamilan Trimester Ketiga Produk Rekomendasi MamyPoko Pants Standar L 30 - SO Rp 49.500 Lactogrow 3 Vanila 1Kg Rp 123.000 Minyak Telon Bebe Roosie + Lavender & Olive Oil 6 4 % Rp162.900 Rp 155.900
Halodoc, Jakarta – Menjelang hari kelahiran yang sudah semakin dekat, ibu pasti mempunyai rasa deg-degan sekaligus bahagia akan bertemu dengan sang buah hati sebentar lagi. Tapi ibu masih perlu memantau kondisi perkembangan bayi dengan melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan lebih sering di trimester ketiga ini. Ibu juga sebaiknya memerhatikan hal-hal berikut setiap kali melakukan pemeriksaan. Ibu akan lebih sering mengunjungi dokter untuk melakukan pemeriksaan di periode akhir kehamilan ini. Jika pada trimester awal, ibu hanya sebulan sekali ke dokter kandungan, pada trimester terakhir ini, ibu perlu ke dokter minimal dua minggu sekali tergantung anjuran dokter. Beberapa pemeriksaan dasar, seperti mengevaluasi pertambahan berat badan ibu, mengukur tekanan darah, tes urin dan memeriksa jantung serta paru-paru masih tetap akan dilakukan. Tapi ada beberapa pemeriksaan penting lainnya yang akan dilakukan di trimester ketiga Pemeriksaan Kondisi Janin Bayi yang akan dilahirkan sebentar lagi perlu pemeriksaan lebih dalam untuk memastikan kondisi kesehatan bayi dan untuk mengetahui jika terdapat masalah tertentu pada bayi. Berat Badan Janin Walaupun berat badan janin yang pasti tidak bisa diketahui, namun dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk memperkirakan berat badan janin, seperti pengukuran fundus uteri, USG dan melalui perhitungan akumulasi bobot badan ibu. Memperkirakan berat badan janin ini sangat penting untuk menentukan metode persalinan. Jika melalui pemeriksaan didapati bahwa bobot bayi kurang, maka ibu disarankan untuk meningkatkan konsumsi makanan yang bergizi dan menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Tapi jika bobot bayi berlebih, maka ibu mungkin disarankan untuk melahirkan secara caesar. Posisi Janin Pemeriksaan penting lainnya yang akan dilakukan di trimester ketiga adalah pemeriksaan Manuver Leopold. Dokter dapat mengetahui posisi janin dalam rahim melalui pemeriksaan tersebut, sehingga dapat menyarankan metode persalinan yang sesuai. Ada 4 tahap pemeriksaan yang akan dilakukan dokter untuk mengidentifikasi posisi kepala janin, bokong, tulang belakang, serta anggota geraknya. Jika hasil Manuver Leopold belum cukup jelas, maka USG bisa dilakukan untuk membantu menentukan posisi bayi. Posisi bayi yang normal adalah kepalanya mengarah ke bagian bawah. Bayi dikatakan sungsang jika posisi kepalanya berada di atas, sedangkan bokong dan kakinya berada di bawah. Gerakan Janin Setelah memasukki bulan ketujuh, bayi dalam kandungan sudah bisa menunjukkan gerakan aktif seperti menendang-nendang perut. Kondisi sehat atau tidaknya janin juga dapat diketahui melalui pergerakannya. Dokter akan melakukan pemeriksaan melalui tes USG dan kardiotokografi untuk memantau gerakan janin beberapa minggu sebelum persalinan. Ibu juga disarankan melakukan perhitungan pergerakan bayi sendiri di rumah. Caranya adalah dengan meraba perut. Bayi biasanya bergerak minimal 10 kali dalam sehari dan semakin aktif di malam hari. Jika tidak ada pergerakan, mungkin ia sedang tidur. Ibu bisa membantu membangunkan bayi dengan memberinya rangsangan suara atau cahaya. Skrining Streptokokus Grup B Bayi yang baru lahir rentan terkena infeksi yang disebabkan oleh streptokokus grup B. Akibatnya, bayi bisa mengalami gangguan mental, gangguan penglihatan, dan gangguan pendengaran. Jadi penting untuk melakukan skrining untuk mendeteksi adanya streptokokus grup B. Jika hasil skrinning positif, dokter akan memberikan antibiotik saat persalinan untuk melindungi bayi dari infeksi. Detak Jantung Bayi Memantau detak jantung bayi juga penting dilakukan untuk mengetahui apakah janin dalam kondisi normal atau adakah masalah tertentu pada bayi. Pemeriksaan Ibu Akan terjadi perubahan pada fisik ibu jelang persalinan. Melalui sejumlah pemeriksaan, dokter dapat mengetahui apakah tubuh ibu telah siap untuk melahirkan. Pemeriksaan Serviks Pemeriksaan yang akan dilakukan kepada ibu di trimester ketiga ini adalah pemeriksaan serviks atau leher rahim. Jelang persalinan, serviks akan mengalami perubahan karena meningkatnya kadar hormon estrogen. Hal itu menyebabkan jumlah lendir pada serviks meningkat. Dan jika sudah mendekati hari persalinan, serviks juga akan terbuka sekitar 1-2 sentimeter. Pemeriksaan Lebar Panggul Panggul memiliki peran penting dalam proses persalinan sebagai jalan keluarnya bayi. Jika ibu memiliki panggul yang sempit, maka metode melahirkan normal tidak mungkin dilakukan, karena bayi akan sulit keluar. Pemeriksaan lebar panggul ini akan dilakukan di minggi ke-36 kehamilan. Tes Darah Pemeriksaan darah pada ibu hamil bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai macam penyakit, seperti kolesterol, diabetes, hepatitis, asam urat, dan rubella. Melalui tes darah, dokter juga bisa mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak. Jika kehamilan ibu mengalami gangguan tertentu atau ibu hamil anak kembar, maka pemeriksaan berikut akan dianjurkan Tes Stress Contraction CST. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk ibu yang memiliki kehamilan berisiko tinggi. Dengan menggunakan alat monitor fetus, respon detak jantung bayi terhadap kontraksi yang dirangsang oleh oksitosin atau stimulasi pada putting payudara akan diukur. Dengan demikian, dokter dapat menilai apakah bayi dapat bertahan melalui tekanan pada saat persalinan. Tes Non-stress. Pemeriksaan ini ditujukan untuk ibu yang hamil anak kembar atau ibu hamil yang memiliki diabetes dan tekanan darah tinggi. Ibu hamil juga bisa membicarakan tentang kondisi kesehatannya kepada dokter, tanpa perlu keluar rumah, melalui aplikasi Halodoc. Hubungi dokter melalui Video/Voice Call dan chat untuk berdiskusi dan meminta saran kesehatan kapan saja. Ibu juga bisa membeli produk kesehatan dan vitamin yang dibutuhkan di Halodoc. Caranya sangat mudah, tinggal order dan pesanan akan diantar dalam satu jam. Jadi, tunggu apa lagi? Download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play.
Kemudianintensitas pemeriksaan akan berubah menjadi seminggu sekali ketika usia kehamilan Mama menginjak usia 36 minggu. Pada fase ini, kemungkinan Mama akan menjalani beberapa tes untuk mengetahui perkembangan serta kondisi janin di dalam perut. Pemeriksaan apa saja ya yang akan dijalani di trimester akhir ini? Editors' Picks
Halodoc, Jakarta - Thalassemia adalah kelainan darah bawaan genetik yang terjadi ketika gen yang bermutasi memengaruhi kemampuan tubuh untuk membuat hemoglobin yang sehat, yakni protein kaya zat besi yang ditemukan dalam sel darah merah. Hemoglobin membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh, dan karbondioksida ke paru-paru untuk dihembuskan. Ketika gen bermutasi itu berarti mereka berubah secara permanen, jadi thalassemia adalah kondisi seumur akan memintamu melakukan tes darah sebagai bagian dari perawatan rutin awal kehamilan untuk memeriksa apakah kamu membawa mutasi gen thalassemia. Ada berbagai jenis thalassemia, dan jika kamu hanya memiliki versi ringan, kamu mungkin tidak tahu bahwa kamu tengah penting untuk diketahui, karena bayi akan mungkin mewarisi gen ini darimu. Oleh karena itu, kehamilan bisa jadi terjadi sebelum kamu mengetahui bahwa kamu mengidap thalasemia. Untuk itu, diperlukan beberapa hal agar kehamilan tetap bisa berjalan dengan baik. Baca juga 4 Kelainan Darah yang Perlu Diwaspadai Ibu HamilKehamilan dengan ThalassemiaTes darah kehamilan rutin akan memberitahu kamu apakah kamu memiliki thalassemia atau tidak. Hal yang cukup umum bagi pengidap thalassemia minor atau alpha tidak menyadarinya, karena biasanya mereka hanya pembawa dan tidak memiliki sel sabit adalah jenis kelainan darah genetik lainnya. Skrining dengan cara ini membantu mengidentifikasi bayi yang berisiko mewarisi talasemia atau penyakit sel sabit. Jika kamu memiliki hasil tes positif, beri tahu seluruh keluarga. Salah satu kerabat yang mungkin berencana untuk memiliki bayi juga perlu dites juga. Program skrining telah menghasilkan penurunan kelahiran yang terkena dampak dari beta-thalassemia. Wanita hamil dengan thalassemia berisiko mengalami keguguran, preeklamsia, janin kecil untuk usia kehamilan, hambatan pertumbuhan janin dan perlu transfusi darah. Meski tidak banyak komplikasi yang diharapkan pada mereka dengan thalassemia minor, kecuali peningkatan kebutuhan akan transfusi darah. Namun, mereka dengan thalassemia mayor atau ketergantungan transfusi berada pada risiko lebih besar terkena kardiomiopati, endokrinopati seperti diabetes dan gangguan tiroid dan osteoporosis. Ini terutama akibat kelebihan zat juga Minor atau Mayor, Mana Thalassemia yang Paling Berbahaya?Pemeriksaan Penunjang Thalassemia Selama KehamilanSetelah status carrier dan mutasi genetik pasangan dikonfirmasi, mereka harus diberi tahu bahwa kemungkinan memiliki janin thalassemia mayor adalah satu dari empat. Metode diagnostik standar adalah pengambilan sampel vili korionik dan analisis DNA antara 11 dan sebelum 14 minggu kehamilan. Amniosentesis dilakukan setelah 15 minggu kehamilan dan hasilnya mungkin tidak tersedia cukup dini untuk memungkinkan penghentian sampel vili korionik CVS. CVS dapat dilakukan melalui serviks transcervical atau melalui abdomen transabdominal, tergantung letak plasenta. Dalam kedua prosedur tersebut, sejumlah kecil jaringan plasenta dibiopsi. Ada risiko kecil keguguran setelah prosedur 0,5 - 1 persen. Selain itu ada risiko kecil terjadinya infeksi atau Amniosentesis dilakukan dengan memasukkan jarum melalui dinding perut ke dalam rahim dengan panduan USG dan mengeluarkan sedikit cairan dari kantung yang mengelilingi janin. Ada risiko kecil keguguran setelah prosedur 0,5 persen. Selain itu, ada risiko kecil infeksi atau bocornya cairan juga Pentingnya Premarital Check Up untuk Cegah ThalassemiaPerawatan Thalassemia Pra KehamilanPenting bagi wanita penderita thalasemia untuk melakukan penilaian pra-kehamilan sebelum kehamilan. Perawatan pra kehamilan untuk wanita dengan thalassemia akan mencakup beberapa penilaianPenilaian pra-kehamilan harus dilakukan bersama dengan ahli hematologi. Penilaian akan mencakupKelebihan zat besi dengan menilai kadar feritin serum darah, ekokardiogram jantung jantung atau MRI dan pemindaian hati atau imunisasi bagi mereka yang pernah menjalani golongan hemoglobin pra-transfusi dan keputusan frekuensi transfusi yang risiko tulang dan tentang kehamilan dan pengidap thalassemia dengan kardiomiopati akibat efek kelebihan zat besi jantung jantung disarankan untuk tidak hamil. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang yang itu, anjuran pra-kehamilan bagi wanita dengan thalassemia ringan termasuk pra konsepsi folat asam folat, perawatan antenatal dini dan pentingnya kepatuhan pada jadwal pemeriksaan dan perawatan gabungan lain. Jika kamu masih membutuhkan lebih banyak mengenai thalassemia selama kehamilan, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter di Halodoc. Dokter akan senantiasa memberikan saran kesehatan yang dibutuhkan selama persiapan hamil atau selama Centre UK. Diakses pada 2020. Thalassaemia in Online Unit, Ministry of Health Malaysia. Diakses pada 2020. Thalassaemia in Pregnancy.
Jenispemeriksaan yang berbeda dari pemeriksaan trimester 1 yakni pemeriksaan gigi. Ya, jadi ibu hamil di usia trimester 2 rentan mengalami gangguan pada mulutnya, baik gusi ataupun giggi. Pemeriksaan TORCH tergolong sebagai pemeriksaan penunjang. TORCH ini merupakan gabungan 4 jenis infeksi yakni toxoplasma gondii, rubella, cytomegalovirus
Itu sebabnya, dokter harus sangat cermat dan berhati-hati ketika menegakkan diagnosis anemua. Anda bisa berperan aktif dengan menjelaskan secara rinci mengenai gejala, riwayat kesehatan keluarga, pola makan, serta obat-obatan yang Anda konsumsi. Kumpulan informasi ini dapat membantu dokter untuk menentukan jenis anemia yang Anda alami. Terdapat beberapa pemeriksaan, baik utama maupun penunjang, untuk menentukan diagnosis anemia. 1. Tes hitung darah lengkap Pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan untuk diagnosis anemia adalah tes hitung darah lengkap. Tes hitung darah lengkap atau complete blood count CBC dilakukan untuk mengetahui jumlah, ukuran, volume, dan jumlah hemoglobin pada sel darah merah. Untuk mendiagnosis anemia, dokter mungkin akan memeriksa kadar sel darah merah dalam darah Anda hematokrit dan hemoglobin. Dikutip dari Mayo Clinic, nilai hematokrit normal pada orang dewasa bervariasi antara 40-52% untuk pria dan 35-47% untuk wanita. Sementara itu, nilai hemoglobin pada orang dewasa normalnya berjumlah 14-18 gram/dL untuk pria dan 12-16 gram/dL untuk wanita. Diagnosis anemia biasanya ditandai dengan hasil tes hitung darah lengkap berikut ini. Hemoglobin rendah. Hematokrit rendah. Indeks sel darah merah, termasuk rata-rata volume sel hidup, rata-rata hemoglobin sel hidup, dan rata-rata konsentrasi hemoglobin sel hidup. Data tersebut berguna untuk mengetahui ukuran sel darah merah dan jumlah serta konsentrasi hemoglobin sel darah merah dalam darah seseorang pada saat itu. 2. Apusan darah dan diferensial Jika hasil tes darah lengkap menunjukkan anemia, dokter akan melakukan tes lanjutan dengan pemeriksaan apusan darah atau diferensial yang menghitung sel darah merah lebih rinci. Hasil tes tersebut dapat memberikan informasi tambahan untuk diagnosis anemia, seperti bentuk sel darah merah dan adanya sel abnormal, yang dapat membantu mendiagnosis dan membedakan jenis anemia. 3. Hitung retikulosit Tes ini berguna untuk mengetahui jumlah sel darah merah yang masih muda alias belum matang dalam darah Anda. Ini juga membantu menentukan diagnosis anemia secara spesifik terkait jenis mana yang Anda alami. 4. Pemeriksaan penunjang anemia lainnya Jika dokter sudah mengetahui penyebab anemia, Anda mungkin diminta melakukan pemeriksaan lainnya sebagai penunjang untuk memastikan penyebabnya. Misalnya saja untuk anemia aplastik. Anda mungkin akan diminta melakukan tes darah dan biopsi sumsum tulang. Pasalnya, anemia aplastik mungkin saja terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang keliru mengenali sumsum tulang sebagai ancaman. Penderita anemia aplastik memiliki jumlah sel darah yang lebih sedikit pada sumsumnya. Setelah mengetahui jenis anemia yang Anda idap dan penyebabnya, Anda dapat mendiskusikan pengobatan anemia yang tepat dengan dokter. Pengobatan anemia bertujuan untuk mengatasi gejala, mencegah anemia kambuh, serta mengurangi risiko komplikasi yang dapat muncul akibat anemia yang tidak diobati.
cY2kH2. row9iwrmq7.pages.dev/277row9iwrmq7.pages.dev/651row9iwrmq7.pages.dev/103row9iwrmq7.pages.dev/541row9iwrmq7.pages.dev/707row9iwrmq7.pages.dev/576row9iwrmq7.pages.dev/607row9iwrmq7.pages.dev/23row9iwrmq7.pages.dev/276row9iwrmq7.pages.dev/924row9iwrmq7.pages.dev/689row9iwrmq7.pages.dev/639row9iwrmq7.pages.dev/561row9iwrmq7.pages.dev/374row9iwrmq7.pages.dev/189
pemeriksaan penunjang pada ibu hamil